Jumat, 06 Desember 2019
TECHNOPREUNEUR
1. Nadien Makarim (CEO GO-JEK)
3. Prof. B.J. HABIBIE
Biografi Nadiem Makarim :
Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi mobile, GO-JEK berhasil merevolusi industri transportasi Ojek. Fitur yang ditawarkan GO-JEK pun berbagai macam seperti pengiriman barang, pesan antar makanan, berbelanja dan berpergian di tengah kemacetan.
Semua ide itu berawal dari Nadiem Makarim. Sangat sedikit informasi yang didapat oleh www.biografiku.com mengenai profil masa kecil Nadiem Makarim.
Lulusan Harvard University
Dan selama setahun Nadiem Makarim mengikuti program foreign exchange di London School of Economics. Ia juga melanjutkan studinya di Harvard Business School, Harvard University dan lulus dengan menyandang gelar MBA (Master Business Of Administration).
Nadiem Makarim diketahui pernah bekerja di sebuah perusahaan Mckinsey & Company sebuah konsultan ternama di Jakarta dan menghabiskan masa selama tiga tahun bekerja disana. Diketahui pula ia pernah bekerja sebagai Co-founder dan Managing Editor di Zalora Indonesia kemudian menjadi Chief Innovation officer kartuku.
Awal Berdirinya Gojek
Kemudian pada tahun 2011, GO-JEK sebagai perusahaan resmi didirikan oleh Nadiem Makarim yang kemudian menjabat sebagai CEO GO-JEK. Awal berdiri Gojek, Nadiem mempunyai 20 driver gojek. Dan sistem yang ditawarkan yakni via telepon call center. Dimana pelanggan menghubungi langsung call center untuk mendapatkan driver terdekat.
Pada waktu itu, jumlah karyawan gojek masih sangat terbatas dan drivernya pun juga masih sangat terbatas. Namun keyakinan dari Nadiem Makarim akan perusahaannya membuat Gojek bisa bertahan hingga melaju pesat beberapa tahun berikutnya.
2. Prof. Khoirul Anwar ( Penemu Jaringan 4G)Biografi Khoirul Anwar Penemu 4G
Prof. Dr. Khoirul Anwar adalah orang yang menemukan dan sekaligus pemilik paten teknologi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing). Khoirul Anwar yang pernah masuk acara Kick Andy ini adalah alumni Teknik Elektro ITB dengan cumlaude di tahun 2000, kemudian melanjutkan pendidikan di Nara Institute of Science and Technology (NAIST) dan memperoleh gelar master di tahun 2005 serta doktor di tahun 2008. Khoirul Anwar juga penerima IEEE Best Student Paper Award of IEEE Radio and Wireless Symposium (RWS)tahun 2006, di California.
Penemuan 4G
INSPIRASI besar memang bisa datang dari mana saja, termasuk dari film animasi untuk anak-anak. Anda mungkin tak pernah mengira, sebuah film anime Jepang ternyata bisa mengilhami penemuan penting yang merevolusi anggapan tak terpatahkan di jagat transmisi telekomunikasi nirkabel.
Tapi cerita itulah yang terjadi pada diri Khoirul Anwar, dosen sekaligus peneliti asal Indonesia yang bekerja di laboratoriom Information Theory and Signal Processing, Japan Advanced Institute of Science and Technology, di Jepang.
Saat terdesak karena harus mengajukan tema penelitian untuk mendapatkan dana riset, Khoirul memeras otaknya. Akhirnya ide itu muncul juga dari Dragon Ball Z, film animasi Jepang yang kerap ia tonton.
Ketika Goku, tokoh utama Dragon Ball Z, hendak melayangkan jurus terdahsyatnya, ‘Genki Dama’ alias Spirit Ball, Goku akan menyerap semua energi mahluk hidup di alam, sehingga menghasilkan tenaga yang luar biasa.
“Konsep itu saya turunkan formula matematikanya untuk diterapkan pada penelitian saya,” kata Khoirul, kepada VIVAnews melalui surat elektroniknya, Jumat 13 Agustus 2010.
Maka inspirasi itu kini mewujud menjadi sebuah paper bertajuk “A Simple Turbo Equalization for Single Carrier Block Transmission without Guard Interval.”
Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng[1] (lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 – meninggal di Jakarta, 11 September 2019 pada umur 83 tahun[2]) adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Sebelumnya, B.J. Habibie menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia ke-7, menggantikan Try Sutrisno. B. J. Habibie menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998.[3][4]
B.J. Habibie kemudian digantikan oleh Abdurrahman Wahid[5] (Gus Dur) yang terpilih sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2 bulan dan 7 hari (sebagai wakil presiden) dan juga selama 1 tahun dan 5 bulan (sebagai presiden), B. J. Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa jabatan terpendek.[6]
Dari sekian banyak presiden Indonesia, B. J. Habibie merupakan satu-satunya Presiden yang berasal dari etnis Gorontalo, Sulawesi[7][8] dari garis keturunan Ayahnya yang berasal dari Kabila, Gorontalo dan etnis Jawa dari ibunya yang berasal dari Yogyakarta.[9]
Saat ini, Pemerintah Provinsi Gorontalo telah menginisiasi dibangunnya Monumen B.J. Habibie di depan pintu gerbang utama Bandar Udara Djalaluddin, di Kabupaten Gorontalo.[10][11] Selain itu, masyarakat Provinsi Gorontalo pun sempat mengusulkan nama B.J. Habibie digunakan sebagai nama universitas negeri setempat, menggantikan nama Universitas Negeri Gorontalo yang masih digunakan.[12][13]
Pekerjaan dan Karier[sunting | sunting sumber]
Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman[27]. Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Soeharto.
Habibie kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998. Gebrakan B. J. Habibie saat menjabat Menristek diawalinya dengan keinginannya untuk mengimplementasikan "Visi Indonesia". Menurut Habibie, lompatan-lompatan Indonesia dalam "Visi Indonesia" bertumpu pada riset dan teknologi, khususnya pula dalam industri strategis yang dikelola oleh PT. IPTN, PINDAD, dan PT. PAL.[28] Targetnya, Indonesia sebagai negara agraris dapat melompat langsung menjadi negara Industri dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sementara itu, ketika menjabat sebagai Menristek, Habibie juga terpilih sebagai Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang pertama. Habibie terpilih secara aklamasi menjadi Ketua ICMI pada tanggal 7 Desember 1990.[29]
Puncak karir Habibie terjadi pada tahun 1998, dimana saat itu ia diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999), setelah sebelumnya menjabat sebagai Wakil Presiden ke-7 (menjabat sejak 14 Maret 1998 hingga 21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto.[30]
Riwayat Karir Pekerjaan:
1. Direktur Utama PT Perindustrian Angkatan Darat (Pindad)
2. Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
3. Ketua Dewan Pembina Industri Strategis (BPIS)
4. Ketua Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS)
5. Ketua Dewan Riset Nasional (1999)
6. Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam
7. Anggota Dewan Komisaris Pertamina
8. Asisten Riset Ilmu Pengetahuan Institut Kontruksi Ringan Rheinsich Westfaelische Technische Hochshule, Aachen, Jerman Barat (1960-1965)
9. Kepala Departemen Riset dan Pengembangan Analisa Struktur, Hamburg, Jerman Barat (1966-1969)
10. Kepala Divisi Metode dan Teknologi Pesawat Komersil/Pesawat Militer Messerschmidt Boelkow Blohm (MBB) Gmbh, Hamburg, Jerman Barat (1969-1973)
11. Wakil Presiden/Direktur Teknologi Messerschmidt Boelkow Blohm (MBB), Hamburg, Jerman Barat (1974-1978)
12. Penasihat Direktur Utama (Dirut) Pertamina (1974-1978)
Direktur Utama PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), Bandung (1976)
13. Direktur Utama PT Pelayaran Armada Laut (PAL), Surabaya (1978)
14. Profesor Kehormatan/Guru Besar dalam bidang Konstruksi Pesawat Terbang Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung (1997)
Riwayat Karir Pemerintahan:
1. Menteri Negara Riset dan Teknologi Kabinet Pembangunan V (1983-1988)
2. Menteri Negara Riset dan Teknologi Kabinet Pembangunan VI (1988-1993)
3. Menteri Negara Riset dan Teknologi Kabinet Pembangunan VII (1993-1998)
4. Ketua Tim Keputusan Presiden (Keppres) 35
5. Wakil Presiden RI ke-7 (1998-1998)
6. Presiden RI ke-3 (1998-1999)
Riwayat Karir Legislatif:
1. Anggota MPR dari Karya Pembangunan (Golkar) (1992-1997)
1. Direktur Utama PT Perindustrian Angkatan Darat (Pindad)
2. Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
3. Ketua Dewan Pembina Industri Strategis (BPIS)
4. Ketua Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS)
5. Ketua Dewan Riset Nasional (1999)
6. Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam
7. Anggota Dewan Komisaris Pertamina
8. Asisten Riset Ilmu Pengetahuan Institut Kontruksi Ringan Rheinsich Westfaelische Technische Hochshule, Aachen, Jerman Barat (1960-1965)
9. Kepala Departemen Riset dan Pengembangan Analisa Struktur, Hamburg, Jerman Barat (1966-1969)
10. Kepala Divisi Metode dan Teknologi Pesawat Komersil/Pesawat Militer Messerschmidt Boelkow Blohm (MBB) Gmbh, Hamburg, Jerman Barat (1969-1973)
11. Wakil Presiden/Direktur Teknologi Messerschmidt Boelkow Blohm (MBB), Hamburg, Jerman Barat (1974-1978)
12. Penasihat Direktur Utama (Dirut) Pertamina (1974-1978)
Direktur Utama PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), Bandung (1976)
13. Direktur Utama PT Pelayaran Armada Laut (PAL), Surabaya (1978)
14. Profesor Kehormatan/Guru Besar dalam bidang Konstruksi Pesawat Terbang Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung (1997)
1. Menteri Negara Riset dan Teknologi Kabinet Pembangunan V (1983-1988)
2. Menteri Negara Riset dan Teknologi Kabinet Pembangunan VI (1988-1993)
3. Menteri Negara Riset dan Teknologi Kabinet Pembangunan VII (1993-1998)
4. Ketua Tim Keputusan Presiden (Keppres) 35
5. Wakil Presiden RI ke-7 (1998-1998)
6. Presiden RI ke-3 (1998-1999)
1. Anggota MPR dari Karya Pembangunan (Golkar) (1992-1997)
VIDEO QOSIDAH
1. HABIB SYECH - Assalamualaik
2. AZZ ZAHIR - SA'DUNA FIDDUNYA
3. NASIDA RIA - Tahun 2000
2. AZZ ZAHIR - SA'DUNA FIDDUNYA
3. NASIDA RIA - Tahun 2000
Rabu, 12 Juni 2019
Langganan:
Postingan (Atom)